Ketua Panitia Reuni Akbar 2025, Paminto Bambang Pamungkas, yang merupakan alumni SMA Negeri 1 Purworejo tahun 1987, menyampaikan bahwa rencana acara ini telah dipersiapkan sejak 2020. Namun, akibat pandemi COVID-19, pelaksanaannya harus tertunda selama lima tahun. “Kami sangat senang bisa mengadakan acara ini, dan terima kasih kepada semua teman-teman wartawan yang telah mendukung acara ini,” ujar Paminto.
Kolaborasi ini bermula ketika Paminto dan panitia reuni bertemu dengan Bupati Purworejo, Hj. Yuli Hastuti, yang memberikan masukan agar acara wayang kulit diadakan bersamaan dengan Hari Jadi Kota Purworejo. “Bupati memberikan ide untuk menggabungkan dua acara besar ini, dan kami pun menyambut baik usulan tersebut,” tambahnya.
Pagelaran Wayang Kulit ini bertujuan untuk melestarikan budaya Jawa, khususnya wayang kulit, yang masih digemari masyarakat Purworejo. Sebelum pagelaran, pada sore harinya telah dilaksanakan seminar mengenai wayang yang diikuti oleh para pelajar SMA, khususnya dari SMA Negeri 1 Purworejo dan sekolah-sekolah lain di sekitar Purworejo.
Acara malam ini menampilkan pertunjukan wayang kulit yang disuguhkan oleh dalang terkenal, Ki Muji Waluyo, M.Pd (Purworejo) dan Ki Andreas Novianto, S.Pd, serta bintang tamu Elisha Orcarus Allaso. Pagelaran wayang kulit ini mengambil lakon "Babat Alas Wana Marta." Pertunjukan ini mendapat antusiasme tinggi dari warga Purworejo yang ingin menikmati warisan budaya tersebut secara langsung.
Paminto juga menambahkan bahwa rangkaian kegiatan Reuni Akbar 2025 masih akan berlangsung hingga Agustus, dengan puncaknya pada 3 Agustus. Beberapa kegiatan lain yang akan dilaksanakan meliputi bakti sosial kesehatan seperti sunatan massal, penghijauan, donor darah, gerak jalan, serta seminar pendidikan.
Selain itu, Reuni Akbar ini juga dikenal sebagai Reuni Akbar Muda Ganesha, yang menjadi ajang mempererat hubungan antaralumni lintas angkatan. Kegiatan ini bukan hanya sekadar ajang temu kangen, tetapi juga sebagai wadah kontribusi nyata bagi masyarakat Purworejo.
“Kami mengajak seluruh masyarakat Purworejo untuk melestarikan budaya Jawa yang semakin hari penggemarnya mungkin makin berkurang. Anak-anak muda sekarang lebih banyak bermain gawai, sementara budaya kita justru dipelajari oleh orang asing di luar negeri. Harapannya, generasi muda bisa bangkit dan mencintai budaya sendiri agar tidak hilang begitu saja. Jangan sampai kita harus pergi ke negara lain hanya untuk menonton wayang kulit,” tutup Paminto.
Dengan adanya acara ini, selain mempererat tali silaturahmi antaralumni, juga diharapkan dapat memberikan kontribusi positif terhadap pelestarian budaya lokal serta memperingati hari jadi Kota Purworejo yang ke-194 dengan penuh makna.