Tri Pujiarta, imam Masjid Al-Huda yang menyaksikan langsung kejadian, menceritakan kronologinya. “Kemarin-kemarin sudah ada tanda-tanda kerusakan pada eternit yang mulai ambrol. Lalu tadi malam, setelah salat Isya’, eternit kembali ambrol, dan kami periksa ternyata ada blandar (balok utama penyangga atap) yang sudah lapuk dan turun dari tempat penyangganya," ungkapnya.
Ia menambahkan, "Sebelum kejadian, terdengar suara ‘kretek-kretek’, lalu beberapa saat kemudian, atap masjid seluruhnya roboh.”
Menurut keterangan, pihak pengurus masjid sebenarnya telah berencana memperbaiki kerusakan tersebut dan sudah mencari tukang pada siang hari sebelumnya. Namun, tukang yang dimaksud belum bisa membantu karena masih sibuk dengan pekerjaan lain dan mengurus sawah.
Kepala Desa Munggangsari, Pujianto, juga memberikan tanggapan terkait kejadian ini. Ia menekankan pentingnya kewaspadaan terhadap kondisi bangunan, terutama yang sudah berumur. “Kondisi bangunan tua harus dicek secara rutin, apalagi sekarang musim penghujan yang membuat beban pada bangunan lebih berat. Hal ini perlu menjadi perhatian khusus, terutama untuk bangunan yang berada di pinggir Jalan Deandels,” ujarnya.
Pujianto juga mengingatkan masyarakat yang hendak mendirikan bangunan baru agar memastikan kekuatan konstruksi bangunannya sesuai standar keamanan. Ia menambahkan bahwa ada dugaan kerusakan ini mungkin dipengaruhi oleh getaran akibat latihan menembak di daerah Kebumen yang lokasinya tidak terlalu jauh.
Kerusakan ini membutuhkan perhatian segera agar aktivitas keagamaan di Masjid Al-Huda dapat kembali berjalan normal. Diharapkan partisipasi dari berbagai pihak untuk membantu memperbaiki fasilitas tersebut.