Tujuan dari penelitian ini adalah
menerapkan implementasi model pembelajaran berbasis proyek untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif. Dengan demikian dapat diketahui
tahapan implementasi model pembelajaran berbasis proyek dan peningkatan yang
diperoleh.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Waktu penelitian
ini dilaksanakan pada semester genap tahun
pelajaran 2022/2023 yaitu antara bulan Januari – Juni 2023. Desain penelitian merupakan uraian tentang pelaksanaan penelitian
yang terdiri dari langkah-langkah penelitian mulai dari awal hingga akhir
penelitian. Tahap– tahap penelitian ini secara umum dibagi menjadi 3 tahap
utama yaitu tahap pra lapangan, tahap pekerjaan lapangan, dan tahap analisis
data. Sumber data didapat dari hasil observasi dan wawancara. Subyek dalam
penelitian ini adalah 19 siswa kelas III SDN 4 Pucungbedug, Kabupaten Banjarnegara.
Teknik pengumpulan data yang akan digunakan peneliti adalah dengan
metode observasi dan wawancara.
Kemampuan Berpikir Kreatif kategori Sangat Baik meningkat dari 1,3
menjadi 4,3, kategori Baik meningkat dari 9,3 menjadi 11,7, kategori Cukup
menurun dari 4,0 menjadi 3,0, sedangkan kategori Kurang turun dari 3,3 menjadi
tidak ada sama sekali. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa
menunjukkan bahwa impelementasi model pembelajaran berbasis proyek dapat
dinyatakan berhasil dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif peserta didik
di SDN 4 Pucungbedug.
Kata Kunci: model pembelajaran berbasis proyek, kemampuan berpikir kreatif
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Salah satu hal yang sangat penting dalam menghadapi era persaingan
global adalah kemampuan berpikir kreatif
bagi peserta didik. Berfikir kreatif tergolong kompetensi tingkat tinggi (high order
competencies) selain kompetensi berpikir kritis. Kemampuan berpikir kreatif
adalah kemampuan untuk menghasilkan ide atau cara baru dalam menghasilkan suatu
produk atau gagasan tertentu. Ciri kemampuan berpikir kreatif antara lain mampu
mencetuskan banyak gagasan, jawaban, pertanyaan, atau penyelesaian masalah,
memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal, dan mampu mengubah
cara pendekatan atau cara pemikiran. Seperti yang dijelaskan Harriman
(2017:120), bahwa berpikir kreatif adalah suatu pemikiran yang berusaha
menciptakan gagasan yang baru. Berpikir kreatif merupakan serangkaian proses,
termasuk memahami masalah, membuat tebakan dan hipotesis tentang masalah,
mencari jawaban, mengusulkan bukti, dan akhirnya melaporkan hasilnya.
Permendiknas Nomor 69 Tahun 2013 menyebutkan bahwa salah satu
tujuan adanya kurikulum 2013 adalah menciptakan peserta didik yang memiliki
kemampuan berpikir kreatif. Peserta didik yang saat ini adalah generasi masa
depan yang harus dibekali dengan berbagai kemampuan agar dapat beradaptasi dan
bersaing pada jamannya.
Menurut Kementerian Pendidikan Nasional (2010: 27), guru diharapkan
menciptakan situasi kelas yang mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif
siswa. Seiring kemajuan zaman di dunia
pendidikan yang semakin berkembang, berdasarkan keterampilan abad 21 yang
meliputi communication dan collaboration,critical thinking dan problem solving,
dan creativity dan inovation inovation (Nugroho dan Nurcahyo, 2018). Pendidikan
yang dilaksanakan di abad 21 seharusnya lebih memfokuskan kepada melahirkan
peserta didik yang memiliki keterampilan abad 21. Menurut Sari dan Trisnawati
(2019) keterampilan abad 21 meliputi keterampilan critical thinking, creativity
dan problem solving. Berpikir Kreatif (Creative Thinking) adalah salah satu
aspek penting untuk dimiliki peserta didik. Berpikir kreatif diperlukan oleh
peserta didik bukan hanya untuk memperdalam pengalaman belajar, tetapi juga
untuk menghadapi suatu permasalahan di dalam proses pembelajaran. Dimana
pendidikan adalah wadah untuk
mengkondisikan kemampuan berpikir kreatif, sehingga menjadi proses untuk
membantu mengembangkan potensi diri untuk menghadapi segala perubahan dan
permasalahan (Susanto, dkk 2020). Dengan demikian seorang guru harus senantiasa
memperbarui kemampuannya dalam mengajar agar peserta didik yang dihasilkan pun
menjadi output yang tangguh.
Akan tetapi pada kenyataannya sebagian besar peserta didik masih
sangat rendah kemampuan berpikir kreatifnya. Seperti yang dialami oleh peserta
didik kelas III di SD Negeri 4 Pucungbedug, Kecamatan Purwaranegara Kabupaten Banjarnegara. Hasil pelaksanaan
Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila atau disingkat P5 pada semester II
dengan tema gaya hidup berkelanjutan. Dimensi yang diambil dalam kegiatan
tersebut adalah gotong royong dan kreatif. Tujuan dari penentuan dimensti
tersebut agar tumbuh kemampuan gotong royong dan berpikir kreatif dalam diri
peserta didik. Hasil menunjukkan bahwa dimensi gotong royong sudah sesuai
dengan yang diharapkan akan tetapi pada dimensi kreatif masih sangat rendah.
Dari 19 peserta didik, hanya 26% yang kemampuan berpikir kreatifnya tergolong
kategori Baik terlihat pada indikator mampu mencetuskan gagasan dan
menyelesaikan masalah belum muncul pada diri siswa.
Padahal dijelaskan pula dalam Keputusan Kepala BSKAP Nomor
009/H/KR/2022 tentang Dimensi, Elemen, Sub Elemen Profil Pelajar Pancasila pada
Kurikulum Merdeka, bahwa ada 6 dimensi Profil Pancasila yaitu dimensi 1)
beriman bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, 2) mandiri,
3) bergotong-royong, 4) berkebhinekaan global, 5) bernalar kritis, dan 6)
kreatif. Dimensi kreatif itu sendiri mencakup tiga elemen yaitu menghasilkan
gagasan yang orisinil, menghasilkan karya dan tindakan yang orisinil, dan
memiliki keluwesan berpikir dalam mencari alternatif solusi permasalahan.
Berdasarkan pengamatan dan wawancara, kemampuan berpikir kreatif
disebabkan oleh kurangnya dorongan atau motivasi untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kreatif dan guru masih mempraktikkan pembelajaran teacher center.
Pembelajaran teacher center adalah pembelajaran yang hanya berpusat pada guru.
Di sini siswa hanya sebagai objek pembelajar, sedangkan guru menjadi
satu-satunya sumber ilmu. Metode teacher center bagi peserta didik sekolah
dasar hanya dengan bentuk ceramah saat mengikuti pelajaran. Siswa hanya
mendengarkan dan sebatas memahami dan menuliskan catatannya. Sehingga praktik
pembelajaran yang seperti ini belum dapat dikatakan meningkatkan kemampuan
berpikir kreatif siswa.
Berdasarkan latarbelakang tersebut, untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kreatif peserta didik maka perlu diimplementasikan model pembelajaran
berbasis proyek untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif peserta didik.
Karena pembelajaran berbasis proyek memberikan kesempatan peserta didik dalam
merancang tugas dan mengambil informasi untuk diimplementasikan pada kehidupan
sehari-hari. Pembelajaran proyek membantu peserta didik memperoleh berbagai
pengalaman, pengetahuan keterampilan dan sikap. Motivasi peserta didik dapat
ditingkatkan melalui pembelajaran berbasis proyek (Handayani 2020).
Solusi tersebut diharapkan dapat meningkatkan kemampuan kreatif
siswa melalui implementasi model pembelajaran berbasis proyek.
KAJIAN
PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Model
Pembelajaran Berbasis Proyek
Mulyasa (2014: 145) mengatakan Project Based Learning, atau PJBL
adalah model pembelajaran yang bertujuan untuk memfokuskan pserta didik pada
permasalahan kompleks yang diperlukan dalam melakukan investigasi dan memahami
pelajaran melalui investigasi. Model ini juga bertujuan untuk membimbing
peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan serbagai subyek
(materi) kurikulum, memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk
menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara bermakna bagi
dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif.
Fathurrohman (2016: 119) juga mengatakan bahwa pembelajaran
berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang menggunakan proyek/ Kegiatan
sebagai sarana pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan
keterampilan. Pembelajaran ini adalag ganti dari pembelajaran yang masih
terpusat pada guru. Penekanan pembelajaran ini terletak pada aktivitas perserta
didik yang pada akhir pembelajaran dapat menghasilkan produk yang bisa bermakna
dan bermanfaat.
Berdasarkan beberapa pengertian para ahli diatas dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran Project Based Learning adalah model pembelajaran
berpusat pada siswa yaitu berangkat dari suatu latar belakang masalah, yang
kemudian dilanjutkan dengan investigasi supaya peserta didik memperoleh
pengalaman baru dari beraktivitas secara nyata dalam proses pembelajaran dan
dapat menghasilakan suatu proyek untuk mencapai kompetensi aspektif, kognitif,
dan psikomotorik. Hasil akhir dari kerja proyek tersebut adalah suatu produk
yang antara lain berupa laporan tertulis atau lisan, presentasi atau
rekomendasi.
Menurut Fathurrohman (2016: 121-122) prinsip yang mendasari
pembelajaran berbasis proyek adalah sebagai berikut: a. Pembelajaran berpusat
pada peserta didik yang melibatkan tugas tugas pada kehidupan nyata untuk
memperkaya pelajaran b. Tugas proyek menakankan pada kegiatan penelitian
berdasarkan suatu tema atau topik yang telah ditentukan dalam pembelajaran. c.
Penyelidikan atau eksperimen dilakukan secara autentik dengan menghasilkan
produk nyata yang telah dianalisis dan dikembangkan berdasarkan tema atatu topik
yang disusun dalam bentuk produk (laporan tatu hasil karya) d. Kurikulum. PJBL
tidak seperti pada kurikulum tradisional karena memerlukan strategi sasaran
dimana proyek sebagai pusat e. Responbility. PJBL menekankan responbility dan
answerbility para peserta didik ke diri panutannya f. Realisme. Kegiatan
peserta didik difokuskan pada pekerjaan yang serupa dengan situasi yang
sebenarnya. Aktivitas ini mengintegrasikan tugas autentik dan menghasilkan
sikap profesional g. Active learning. Menumbuhkan isu yang berujung pada
pertanyaan dan keinginan peserta didik untuk menentukan jawaban yang relevan
sehingga terjadi proses pembelajaran yang mandiri h. Umpan balik. Diskusi.
Presentasi dan evaluasi terhadap peserta didik menghasilkan umpan balik yang
berharga. Hal ini mendorong ke arah pembelajaran berdasarkan pengalaman. i.
Keterampilan umum. PJBL dilkembangkan tidak hanya pada keterampilan pokok dan
pengerahuan saja, tetapi juga mempunyai pengaruh besar terhadap keterampilan
mendasar seperti pemecahan masalah, kerja kelompok, dan self menegement j.
Driving question. PJBL difokuskan pada pertanyaan atau permsalahan yang memicu
peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan dengan konsep, prinsip, dan ilmu
pengetahuan yang sesuai k. Constructive investigation. PJBL sebagai titk pusat,
proyek harus disesuaikan dengan pengetahuan peserta didik. Proyek menjadikan
aktivitas peserta didik yang penting.
Kemampuan berpikir kreatif
Menurut Syofyan dan Ismail (2018) kemampuan berpikir kreatif adalah
kemampuan untuk menganalisa ketika dihadapkan suatu permasalahan dengan mencari
solusi bagaimana menyelesaikan permasalahan tersebut. Lebih lanjut menurut
permasalahan tersebut. Lebih lanjut menurut Manurung (2018) untuk menghadapi
persaingan di zaman yang semakin maju dibutuhkan kemampuan berpikir kreatif
yang diperoleh dari pendidikan, sehingga diharapkan nantinya peserta didik
mampu dan sudah siap dalam menghadapi persaingan di dunia luar. Adapun Menurut
Jamaris (Nuraini, Hartati, & Sihadi, 2020) indikator berpikir kreatif, diatarannya
: 1. Fluency, yaitu kemampuan memberikan ide dengan benar dan sesuai 2.
Flexibility, yaitu kemampuan menyelesaikan soal lebih dari satu cara 3.
Originality, yaitu kemampuan memberikan jawaban yang berbeda 4. Elaborasi,
yaitu kemampuan memperinci jawaban dengan benar dan sesuai.
Kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan yang melibatkan
kecerdasan yang berkembang dalam diri individu, dalam bentuk sikap, kebiasaan,
dan tindakan dalam melahirkan sesuatu yang baru dan original untuk memecahkan
masalah (Sudarma, 2013: 21).
Selain pendapat dari pakar, penelitian ini merujuk pada penelitian
yang dilakukan oleh Mursidik dkk yang berjudul Kemampuan Berpikir Kreatif dalam
Memecahkan Masalah Matematika Open-Ended Ditinjau dari Tingkat Kemampuan
Matematika pada Siswa Sekolah Dasar. Dalam penelitiannya, salah satu model
pembelajaran berbasis proyek yaitu Open-Ended dijelaskan telah berhasil dalam
meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif. Kemampuan berpikir kreatif siswa untuk
kategori tinggi pada aspek berpikir lancer sangat baik karena siswa kategori
tinggi mampu memunculkan lebih dari satu ide dalam menyelesaikan masalah
matematika open-ended.
Penelitian lainnya juga dilakukan oleh Surya (2018) yang menyatakan
bahwa penggunaan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) dapat
meningkatkan hasil belajar dan kreatifitas siswa kelas III SD Negeri Sidorejo
Lor 01 Salatiga, Semester II Tahun pelajaran 2018/2019. Hal ini terlihat pada
peningkatan hasil belajar siswa yakni pada pra siklus ketuntasan belajar siswa
sebesar 46% lalu meningkat sebesar 72% pada Siklus I dan meningkat lagi pada
Siklus II sebesar 92% ketuntasan belajar siswa.
Kerangka
Berpikir
Berdasarkan pendapat para ahli dan para peneliti sebelumnya, maka
implementasi dari model pembelajaran berbasis proyek perlu diterapkan dalam
pembelajaran karena diduga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif
peserta didik. Model pembelajaran berbasis proyek diterapkan karena memiliki
keunggulan (Murniati, Eti (2015) diantaranya: (1) Melatih peserta didik untuk menggunakan reasoning dalam mengatasi
persoalan bisnis; (2) Melatih peserta dalam membuat hipotesis dalam pemecahan
masalah berdasarkan konsep bisnis yang sederhana; (3) melatih kemampuan
berpikir kritis dan kontekstual dengan permasalahan-permasalahan bisnis real
yang dihadapi; (4) Melatih peserta didik melakukan uji coba dalam pembuktian
hipotesis; (5) Melatih dalam pengambilan keputusan tentang pemecahan masalah
dengan cara: (a) Mendorong peserta didik ikut berpartisipasi aktif dan
konsentrasi dalam diskusi; (b) Merangsang peserta didik untuk berpikir dengan
mengembalikan pertanyaan kepada mereka; (c) Mendorong peserta didik membuat
analisis masalah, sintesis masalah, melakukan evaluasi, dan menyusun ringkasan
hasil evaluasi; dan (c) Membantu peserta didik dalam mengidentifikasi sumber,
referensi, dan prinsip (materi) salam mengkajipermasalahan dan alternative
pemecahan masalah.
Langkah-langkah implementasi pembelajaran berbasis proyek menurut Devi, (2019) Langkah-langkah model
Project Based Learning meliputi: (1) pertanyaan mendasar yaitu pemberian
rangsangan pembelajaran berupa
pertanyaan kepada siswa sehingga siswa
timbul rasa ingin tahu untuk melakukan
penyelidikan; (2) mendesain perencanaan proyek yaitu pemberian kesempatan
kepada siswa untuk mengidentifikasi masalah dan dirumaskan dalam bentuk
hipotesis dan rencana kerja berproyek;
(3) menyusun jadwal yaitu menentukan waktu kerja proyek; (4) memonitor siswa
yaitu tindakan pemantauan untuk mengurangi risiko kesalahan berproyek; (5)menguji hasil yaitu pembuktian benar atau
tidaknya hipotesis yang ditetapkan; (6) menarik kesimpulan
(generalization) yaitu proses
penarikan kesimpulan dari
hal yang dilakukan.
Adapun sintak pembelajaran berbasis proyek dalam penelitian ini
dapat dijabarkan sebagai berikut:
1.
Menentukan pertanyaan mendasar
2. Mendesain
perencanaan proyek
3. Menyusun jadwal
4. Monitoring dan
evaluasi peserta didik dan perkembangan proyek yang dijalankan
5. Pengujian hasil
6.
Evaluasi pengalaman
Sintakmatik
tersebut dapat dilihat secara jelas dalam bagan di bawah ini:
Bagan 1.1 Sintakmatik Pembelajaran Berbasis Proyek
METODE
PENELITIAN
Berdasarkan
pada tujuan penelitian, yaitu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa
Sekolah Dasar di kelas III SD Negeri 4 Pucungbedug melalui model pembelajaran berbasis proyek, maka jenis penelitian
ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang
prosedur penelitiannya menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan yang dapat diamati. Penelitian ini dilaksanakan di SDN 4 Pucungbedug, Tahun Pelajaran 2022/2023. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada semester genap
tahun pelajaran 2022/2023 yaitu antara bulan Januari – Juni 2023. Desain penelitian merupakan uraian tentang pelaksanaan penelitian
yang terdiri dari langkah-langkah penelitian mulai dari awal hingga akhir
penelitian. Tahap– tahap penelitian ini secara umum dibagi menjadi 6 tahap
yaitu Mendesain perencanaan proyek, Menyusun jadwal, Monitoring dan evaluasi
peserta didik dan perkembangan proyek yang dijalankan, Pengujian hasil,
Evaluasi pengalaman, dan tahap analisis data.
Sumber data
didapat dari hasil observasi, tes, dan wawancara. Subyek dalam penelitian ini
adalah 19 siswa kelas III SDN 4 Pucungbedug, Kabupaten
Banjarnegara. Pada penelitian ini,
teknik pengumpulan data yang akan digunakan peneliti adalah dengan metode
observasi, tes dan wawancara. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
observasi partisipatif kategori aktif. Karena dengan observasi ini lebih tepat
digunakan dalam penelitian. Peneliti datang ketempat penelitian dan ikut
melaksanakan apa yang dilakukan oleh nara sumber atau sumber data. Salah satu
teknik yang dapat digunakan untuk memeriksa keabsahan data adalah dengan triangulasi. Menurut Sugiyono
(2006:241), triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data yang telah ada. Bila
peneliti melakukan pengumpulan triangulasi, maka sebenarnya peneliti
mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek
kreadibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber
data. analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sebelum memasuki
lapangan, selama di lapangan, dan setelah di lapangan. Dalam penelitian ini,
peneliti melakukan analisis data pada saat di lapangan. aktivitas dalam
analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara
terus menerus.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Sebelum dilaksanakan implementasi model pembelajaran diketahui data
kemampuan berpikir kreatif dalam tabel berikut:
Tabel 1.1 Kemampuan Berpikir Kreatif Sebelum Dilakukan Implementasi
Model Pembelajaran Berbasis Proyek
No |
Indikator |
Kategori |
|||
SB |
B |
C |
K |
||
1 |
Menghasilkan gagasan
yang orisinil |
1 |
11 |
3 |
1 |
2 |
Menghasilkan karya dan
tindakan yang orisinil |
3 |
8 |
4 |
4 |
3 |
Memiliki
keluwesan berpikir dalam mencari alternatif solusi permasalahan |
0 |
9 |
5 |
5 |
Rerata |
1,3 |
9,3 |
4,0 |
3,3 |
Dari tabel tersebut diketahui rerata dari indikator kemampuan
berpikir kreatif kategori Sangat Baik 1,3, Baik 9,3, Cukup 4,0, dan Kurang 3,3.
Sedangkan setelah dilakukan model pembelajaran berbasis proyek,
data hasil observasi peserta didik Kelas III di
SDN 4 Pucungbedug dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1.2 Kemampuan Berpikir Kreatif Setelah Dilakukan Implementasi
Model Pembelajaran Berbasis Proyek
No |
Indikator |
Kategori |
|||
SB |
B |
C |
K |
||
1 |
Menghasilkan gagasan
yang orisinil |
4 |
11 |
3 |
1 |
2 |
Menghasilkan karya dan
tindakan yang orisinil |
5 |
10 |
4 |
0 |
3 |
Memiliki keluwesan
berpikir dalam mencari alternatif solusi permasalahan |
4 |
13 |
2 |
0 |
Rerata |
4,3 |
11,3 |
3,0 |
0,3 |
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa rerata dari kemampuan
berpikir kreatif kategori Sangat baik 4,3, Baik 11,3, Cukup 3,0, dan Kurang
0,3. Hal ini berarti menunjukkan peningkatan kemampuan berpikir kreatif yang
dapat dilihat dengan jelas pada tabel berikut ini:
Diagram 1.1 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif
Pada diagram di atas dapat dilihat Kemampuan Berpikir Kreatif
kategori Sangat Baik meningkat dari 1,3 menjadi 4,3, kategori Baik meningkat
dari 9,3 menjadi 11,7, kategori Cukup menurun dari 4,0 menjadi 3,0, sedangkan
kategori Kurang turun dari 3,3 menjadi tidak ada sama sekali.
Dari data yang sudah dipaparkan di atas, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa menunjukkan bahwa impelementasi model pembelajaran berbasis
proyek dapat dinyatakan berhasil dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif
peserta didik di SDN 4 Pucungbedug.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan,
implikasi dari penelitian ini terdiri dari implikasi teoretis dan implikasi
praktis. Adapun implikasi teoretis dalam penelitian ini yaitu kemampuan
berpikir kreatif meningkat setelah diterapkan model pembelajaran berbasis
proyek. Sedangkan implikasi praktis dalam penelitian ini yaitu model
pembelajaran berbasis proyek dapat dijadikan refrensi bagi guru untuk
meningkatkan kompetensi berpikir kreatif menjadi lebih baik.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil
kesimpulan bahwa implementasi model pembelajaran berbasis proyek dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif peserta didik kelas III di SDN 4 Pucungbedug. Kemampuan berpikir kreatif peserta didik meningkat dari 31%
kategori Baik pada pembelajaran sebelumnya menjadi 68% pada pembelajaran yang
mengimplementasikan model pembelajaran berbasis proyek.
Saran
Kemampuan berpikir kreatif siswa yang berkategori Kurang, masih
perlu mendapat perhatian yang lebih. Penelitian selanjutnya memfokuskan pada
indikator kemampuan berpikir kreatif lainnya agar output dari peserta didik
kita akan semakin baik.
Tidak menutup kemungkinan juga bahwa penelitian berikutnya
menggunakan metode pembelajaran yang lain untuk meningkatkan kemampuan berpikir
kreatif peserta didik. Hasil dari penelitian dapat didiseminasikan kepada rekan
kerja atau guru di sekolah yang lain agar lebih banyak mendapat masukan dan
ilmu yang diperoleh dapat diimplementasikan guru lainnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Fathurrohman, Muhammad. 2016. Model-model Pembelajaran
Inovatif. Yogyayakarta: Ar-ruzz Media
Handayani, Ririn.2020. Metodologi Penelitian
Sosial. Yogyakarta: Trussmedia
Harriman. 2017. Panduan untuk Memahami
Istilah Psikologi. Jakarta: Restu. Agung.
Keputusan Kepala BSKAP Nomor 009/H/KR/2022 tentang
Dimensi, Elemen, Sub Elemen Profil Pelajar Pancasila pada Kurikulum Merdeka
Mulyasa. 2014. Pengembangan dan
Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Remaja Rosdakarya
Fathurrohman (2016
Nugroho, O. F., & Nurcahyo, M. A. 2018. Analisis
Literasi Pendidikan STEM pada Siswa dan Pemahaman Konsep IPA Melalui Peta
Konsep di SDN Palasari II. Thabiea : Journal of Natural Science Teaching,
01(02), 121–124.
Nuraini, Y., Hartati, S., & Sihadi. 2020. Memacu
Kreativitas Melalui Bermain (Ke-1). Jakarta: PT Bumi AksaraSudarma, 2013
Permendiknas Nomor 69 Tahun 2013 tentang Kerangka dan
Stuktur Kurikulum
Sari, A. K., & Trisnawati, W. (2019). Integrasi
Keterampilan Abad 21 Dalam Modul Sociolinguistics: Keterampilan 4C (Collaboration,
Communication, Critical Thinking, dan Creativity). Jurnal Muara Pendidikan,
4(2).
Surya, A. P., Relmasira, S. C., & Hardini, A. T. A.
2018. Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Dan Kreatifitas Siswa Kelas III SD Negeri Sidorejo
Lor 01 Salatiga. Jurnal Pesona Dasar, 6(1), 41–54.Murniati, Eti (2015
Susanto 2020, Teori Belajar dan
Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group