Virus corona yang merebak di
Indonesia di awal tahun 2020, hal ini mengakibatkan pendidikan saat ini sedang
mengalami imbas yang sangat besar. Sekolah yang awalnya dilakukan secara tatap
muka, kini harus dilakukan secara daring/online. Pemerintah memutuskan
pembelajaran secara daring untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona.
Dampak
yang terjadi akibat pembelajaran tatap muka yang terlalu lama dapat mengancam
anak-anak putus sekolah, karena dipaksa bekerja membantu perekonomian keluarga.
Banyak yang mengalami kontra terhadap PJJ, karena dirasa mempersulit
pembelajaran siswa. Pada umumnya pembelajaran yang dilakukan secara tatap muka
dan dijelaskan langsung oleh guru mudah ditangkap penjelasannya dan mudah
dipahami oleh siswa daripada dilakukan secara daring/online.
Bagi siswa yang tidak memiliki
handphone juga menjadi kendala utama, hal ini menjadikan siswa yang tidak
memiliki handphone merasa mengalami kesulitan menerima materi. Akhirnya, siswa
tersebut akan tertinggal dari siswa yang lain, menjadikan siswa tersebut
menuntut orang tua untuk membeli handphone, supaya anak tidak merasa berbeda
dengan yang lain namun peristiwa ini malah memberatkan orang tua. Karena tidak
semua orang tua mampu secara finansial.
Jadi, sebenarnya pendidikan secara
daring sangat memberatkan bagi siswa maupun orang tua. Seharusnya pemerintah
harus memberikan fasilitas yang memadai bagi siswa untuk menunjang
pembelajaran. Pada saat ini pemerintah memang memberikan bantuan kuota belajar,
namun bantuan kuota tersebut hanya berlaku untuk aplikasi belajar tertentu,
sedangkan siswa juga memerlukan kuota internet lain untuk browsing maupun untuk
mengakses aplikasi lainnya seperti youtube. Karena kebanyakan bagi siswa SD dan
SMP, kuota tersebut belum dapat dimanfaatkan secara maksimal.
Penulis:
Naili Ulya
Prodi:
Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Asal
Instansi: Universitas Muhammadiyah Purworejo