“Pandemi
mengubah tradisi kita”. Kiranya inilah gagasan yang awam, muncul berkelindan
dalam diskusi publik: mulai dari cuci tangan setiap hari, penggunaan masker,
hingga perjumpaan antar manusia. Tentu ini berat, karena secara budaya dan
psikologi kita tidak disiapkan. Dari semua pola kebiasaan sosietas yang
berubah, sistem pendidikan pun disentuh kultur baru, face to face menuju screen
to screen. Persoalan yang terjadi adalah, sistem pendidikan berubah namun
metodologisnya masih sama.
Kita
mungkin masih mengetahui bahwa sektor pendidikan berkembang di dalam sejarah,
dengan segala dinamika dan kompleksitasnya. Juga dijumpai bahwa setiap generasi
pada zamannya, kendati secara evolutif, mampu menyesuaikan diri dengan sistem
yang demikian, dari batu tulis, papirus, kertas hingga yang non-kertas atau
virtual. Artinya setiap tantangan dalam sektor pendidikan selalu disertai
dengan kapasitas adaptatif manusia. Karena manusia itu progresif sekaligus
dinamis. Yang dibutuhkan hanyalah rekonsiliasi atau kerjasama antara pelaku
pendidikan dan sarana pendidikan.
Dalam
konteks pandemi, kita memang disentuh kultur baru, belajar online. Namun pada saat yang sama, kita generasi
pembelajar saat ini tidak lain adalah generasi milenial dengan sistem
digitalisasi sebagai karakter utama. Bahkan di beberapa tempat, khususnya di
negara-negara yang maju secara teknologi, belajar online adalah sesuatu yang
lumrah. Lalu apa artinya belajar online di tengah pandemi? Sadar atau tidak,
belajar online dalam konteks pandemi merupakan sebuah pilihan yang paling
mungkin diterapkan dalam sektor pendidikan. Artinya, setiap negara wajib
melakukan hal yang sama. Ketika sebuah gerakan dilaksanakan secara serempak dan
dalam tataran global, maka ada suatu kesadaran lain yang harus dipertimbangkan.
Sepertinya belajar online bukan hanya sebuah pilihan yang bersifat antropologi,
sosiologi, ataupun pedagogi, melainkan suatu pilihan moral, yakni tanggung
jawab setiap kita terhadap kehidupan orang lain. Ini adalah pilihan etis,
sebuah optio fundamental.
Solusi
terbaik yang bisa dilakukan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan seputar
sekolah online tanpa menghilangkan manfaat dari sistem sekolah online itu
sendiri seperti manfaat efisiensi dan keamanan, dapat diatasi dengan dua
pilihan berikut yaitu : Solusi yang pertama adalah penerapan sekolah online
sekaligus sekolah ofline yang menyangkut, praktikum, penelitian, dan mata
kuliah tertentu. Dengan memberlakukkan sistem sekolah online sekaligus ofline
tentunya dengan penerapan protokol kesehatan dan pembatasan jumlah siswa
per-ruangan, manfaat yang didapatkan dari sistem sekolah secara online dapat
dipertahankan, dan kekurangan-kekurangan dari sistem sekolah online juga dapat
diatasi dengan pemberlakuan seolah tatap muka untuk praktik, yang mana tidak memungkinkan
dilakukan secara online. kemudian ujian secara offline atau tatap muka juga
perlu diterapkan guna menghindari penyalahgunaan situasi dimana para siswa bisa
saja melakukan kecurangan apabila ujian dilakukan secara online, dan setidaknya
harus ada satu mata kuliah yang harus berupa tatap muka secara langsung supaya
menjaga rasa sosial siswa dan juga dapat memudahkan proses pembelajaran
tentunya dengan penerapan social distancing dan protokol kesehatan lainnya
seperti penggunaan masker, sanitizer, dan lain-lain.
Masa
pandemi ini mendorong kita untuk beradaptasi pada suatu keadaan yang baru atau
the new normal. Para siswa dan guru juga beradaptasi dengan sekolah online. Sekolah
online harus menjadi bagian dari seruan kemanusiaan. Sekolah online mesti
dilihat sebagai suatu sumbangan solidaritas kemanusiaan dan solidaritas
ekologis di tengah pandemi. Sekolah online tidak hanya sekadar rekonstruksi
bangunan pendidikan tetapi rekoleksi diri terhadap keprihatinan sosial demi
kesejahteraan manusia. Dengan platform digital, kita akhirnya semakin dekat
dengan evolusi sebagai homo digital. Ruang untuk menjajakan dunia maya atau
online semakin berkembang. Kita optimis menuju pendidikan yang mengglobal
melalui jaringan.
Sekoliah
online juga menjadi kritikan bagi pemerintah untuk menata masyarakat dan
memberikan pendidikan yang jelas agar terbebas dari belenggu keterbelakangan
pendidikan. Masyarakat dan siswa pertama-tama harus dibekali oleh pengetahuan
dan pembentukan sumber daya manusia. Kemudian, barulah rekonstruksi sistem dan
infrastruktur yang selalu menjadi hambatan kita untuk berkembang. Sehingga,
kesejahteraan di Indonesia adalah kesejahteraan bagi seluruh rakyat bukan hanya
sebagian orang yang cukup beruntung oleh karena kemajuan teknologi. Semua
implikasi yang saya maksudkan diatas adalah orientasi sekolah online di tengah
pandemi. Kita semua adalah saksi mata dan generasi inilah yang akan bertanggung
jawab terhadap pembangunan bangsa Indonesia di masa mendatang setelah pandemi
ini.
Penulis : Atikah Riswandani dari Mahasiswi UMP