Coronavirus
disease 2019 atau
yang lebih dikenal dengan Covid-19 merupakan sebuah virus yang awalnya terdapat
di Wuhan, China. Dengan penularan yang lumayan cepat sehingga hanya dalam waktu
beberapa bulan saja sudah menyerang beberapa negara, termasuk Indonesia. Bukan
hanya proses penularan saja yang cepat, namun proses kerja virus pada tubuh pun
cukup cepat, sehingga bagi mereka yang memiliki imun yang rendah dapat meninggal
dunia akibat virus tersebut. Tentunya ini bukanlah masalah sederhana karena
mengingat negara – negara maju pun perlu waktu yang tidak singkat untuk
menyelesaikan masalah tersebut.
Virus yang bereaksi pada tubuh manusia ini mampu membuat
perubahan dan pengaruh yang besar terhadap berbagai macam hal. Mulai dari
sistem kerja organ manusia, beberapa program pemerintahan seperti sektor pariwisata
dan sektor pendidikan, serta hubungan sosial masyarakat pun berubah.
Layaknya pendidikan pada umumnya, dilakukan di sebuah
bangunan yang disebut sekolah, guru dan murid berada didalam ruangan dan
terjalinnya interaksi pembelajaran antara guru dan murid. Membahas mengenai
materi yang diajarkan, bertanya jika ada yang tidak paham, melakukan praktek
langsung baik di luar maupun di dalam kelas. Namun itu beberapa bulan yang lalu
tentunya.
Covid-19 yang mulai masuk di Indonesia pada Maret 2020
ini memulai dampaknya pada dunia pendidikan yaitu diundurnya Ujian Nasional
SMA/SMK namun Karena dampak yang semakin hari semakin parah akhirnya Ujian
Nasional 2020 baik kelas 6, 9, dan 12 resmi dibatalkan atau ditiadakan, bahkan
beberapa sekolah melakukan Ujian Sekolah dirumah masing masing atau secara
daring.
Mulai ajaran tahun 2020/2021 pun dari tingkat PAUD hingga
Universitas terdapat kebijakan baru yaitu belajar dari rumah, atau biasa diebut
daring atau online. Virus yang menyebar terlalu cepat dan akan sangat beresiko
jika ada kerumunan di kelas maupun di sekolah menyebabkan pemerintah membuat
kebijakan tersebut. Bukan masalah besar jika pada jenjang SMA/SMK atau
Universitas. Namun, berbeda lagi dengan siswa PAUD, TK, SD, dan beberapa siswa
SMP. Diperlukan teknologi dan internet yang memadai, serta pengetahuan dalam
menjalankan teknologi tersebut.
Orangtua yang masih sederhana dan tidak begitu mengenal
teknologi canggih tentu akan kesusahan, apalagi jika kondisi perekonomian yang
pas pasan. Kuota bagaikan sebuah barang yang mewah apalagi handphone canggih
yang bias mengakses internet. Tidak jarang banyak siswa SD yang enggan untuk
diajari oleh orangtua, dan akan menangis jika dipaksa. Namun, apa yang bisa
dilakukan orangtua selain memaksa agar menurut? Mengerjakan tugas mandiri sang
anak tentulah sudah sering dilakukan. Bahkan untuk siswa jenjang PAUD dan TK
yang harusnya mereka belajar sambil bermain bersama teman di kelas, bernyanyi
bersama sang guru, dipaksa untuk mengerjakan tugas yang dimana bahkan mereka
saja belum paham apa yang sedang mereka pelajari. Tentulah hanya orangtua yang
mengerjakan tugas, memaksa anak jika memang tugas itu harus berhubungan dengan sang
anak.
Tidak
berbeda dengan orangtua yang sulit memahami teknologi, kita kadang melupakan
ada guru yang hampir bahkan sudah sepuh diharuskan mengajar dengan teknologi
yang bahkan sangat asing bagi mereka. Para guru yang usianya sudah tidak muda
lagi harus belajar sedikit demi sedikit tentang teknologi agar materi yang
mereka ajarkan dapat sampai kepada para siswa.
Mengapa sebuah virus dapat berpengaruh pada sektor
pendidikan? Bukankah itu hanya sebuah virus yang menyerang manusia dengan imun
lemah? Bukankah pemerintah sudah memberi vaksin untuk menangani virus tersebut?
Lalu untuk apa masih memakai masker jika suda vaksin? Ya, mungkin itu adalah
beberapa pertanyaan dari sebagian masyarakat.
Virus memang menyerang tubuh manusia, namun penyebarannya
tidak dapat diprediksi bahkan beberapa kasus terjadi tanpa ada gejala yang
timbul, sehingga dibuatlah beberapa peraturan untuk mengurangi penyebaran virus
tersebut. Misalnya, menjaga jarak minmal 1 meter, memakai masker sesuai standar
yang berlaku, rajin mencuci tangan, dan makan makanan yang bergizi, serta
mengikuti program yang diadakan pemerintah yaitu vaksin. Memang tidak menutup
kemungkinan tetap terinfeksi, namun setidaknya dapat mencegah penyebaran lebih
banyak lagi.