Pembelajaran daring menjadi hal baru di bidang pendidikan kali ini. Semenjak pandemi, sepertinya kita tidak ada pilihan lain selain melaksanakan proses belajar mengajar secara online. Tapi yang perlu kita pikirkan bersama adalah, apakah pembelajaran daring itu efektif khususnya untuk siswa sekolah dasar. Kita tahu bahwa siswa sekolah dasar itu, masih sangat perlu pendampingan dari berbagai pihak agar mereka dalam belajar bisa terarahkan. Namun, fenomena pembelajaran daring menuntut siswa untuk bisa memahami materi tanpa bertatap muka langsung dengan guru. Terlebih lagi, dalam proses pembelajaran daring, setiap siswa diharapkan mempunyai smartphone demi keberlangsungan proses belajar. Meskipun beberapa smartphone yang mereka gunakan milik orang tuanya, tidak jarang siswa sekolah dasar yang sudah di belikan smartphone sendiri. Hal ini menimbulkan kekhawatiran tersendiri. Pasalnya usia siswa sekolah dasar belum mampu mempertimbangkan dampak baik dan buruk dari suatu hal. Mereka masih sangat suka dengan hal-hal yang membuat mereka penasaran. Dampaknya mereka akan membuka berbagai macam hal, dan tidak jarang tanpa pengawasan orang tua.
Tidak
bisa kita pungkiri bahwa, penggunaan smartphone bagi siswa sekolah dasar dapat
membawa dampak negatif, meskipun dampak positifnyapun ada. Tetapi jika
penggunaan smartphone itu tanpa pengawasan dari orang dewasa, maka dampak
negatifnya akan jauh lebih besar. Salah satu dampak negative yang bisa kita
lihat adalah, anak-anak yang mulai kecanduan untuk bermain smartphone, untuk
bermain game, dan parahnya lagi mereka dapat membuka konten-konten yang tidak
sesuai. Smartphone yang kita harapkan mampu membantu proses belajar mengajar,
tetapi malah bisa berdampak serius bagi siswa. Oleh sebab itu, ketika siswa
seklah dasar diharuskan menggunakan smartphone maka, peran orang tua jangan
lupa untuk terus memberikan pengawasan dan control dalam hal penggunaan.
Itu
untuk siswa yang sudah bisa difasilitasi smartphone, lalu bagaimana dengan
siswa yang tidak memiliki smartphone, apakah mereka dipaksakan agar bisa
memiliki smartphone? Tentu tidak kan. Karena masih banyak orang tua siswa yang
belum mampu memberli smartphone untuk anaknya. Kita tidak boleh menutup mata,
bahwa pembelajaran daring bisa berjalan dengan baik, karena pada kenyataanya masih
ada banyak hal yang perlu kita perhatikan dan pertimbangkan. Karena ada
beberapa siswa yang memutuskan tidak mengikuti pembelajaran dikarenakan siswa
tersebut tidak mempunyai smartphone. Kita boleh bersemangat dalam menyambut era
4.0 dan bahkan sekarang mulai masuk 5.0, dimana digitalisasi menjadi hal yang
sangat penting kita kuasai. Tetapi dalam bidang pendidikan tidak bisa kita
pukul rata. Ada sekolah-sekolah yang bisa memberlakukan pembelajaran daring
secara full, tetapi ada juga beberapa sekolah yang masih kesulitan. Oleh Karena
itu, sistem pembelajaran luring menjadi pilihannya. Ketika siswa belajar dengan
bertatap muka langsung dengan gurunya, maka proses penyampain ilmu dari guru ke
siswa akan mudah diterima, begitu juga dengan pendidikan karakter yang selama
ini kita gaungkan. Karena ketika proses belajar itu dilakukan secara daring,
maka akan sulit mendidik siswa dalam hal pendidikan karakter. Karena guru tidak
bertatap muka langsung dengan siswanya. Pendidikan karakter, tetap masih
menjadi hal yang utama, dan interaksi antara siswa dengan gurunya, siswa dengan
teman-temannya, dapat membentuk karakter dari siswa tersebut.