Pandemi Covid-19 menghantam berbagai
sector di Indonesia . Tak hanya sector ekonomi yang mulai kewalahan. Sector
pariwisata sector transportasi dan sector manifatur pun kebakaran jenggot
menghadapi pandemic ini. Sector pendidikan juga mengalami perubahan besar. Kini
sector pendidikan di Indonesia memiliki wajah dan system baru yang sekaligus
menimbulkan pro dan kontra bagi masyarakat
Covid-19 merupakan penyakit menular
disebabkan oleh jenis coronavirus. baru ditemukan. Walaupun lebih banyak
menyerang ke lansia, virus ini sebenarnya bisa juga menyerang siapa saja, mulai
dari bayi, anak-anak, hingga orang dewasa. Virus corona ini bisa menyebabkan
ganguan ringan pada sistem pernapasan, infeksi paru-paru yang berat, hingga
kematian.
Beberapa pemerintah daerah memutuskan
menerapkan kebijakan untuk meliburkan siswa dan mulai menerapkan metode belajar
dengan sistem daring (dalam jaringan) atau online. Kebijakan pemerintah ini
mulai efektif diberlakukan di beberapa wilayah provinsi di Indonesia pada hari
Senin, 16 Maret 2020 yang juga diikuti oleh wilayah-wilayah provinsi lainnya.
Tetapi hal tersebut tidak berlaku bagi beberapa sekolah di tiap-tiap daerah.
Sekolah-sekolah tersebut tidak siap dengan sistem pembelajaran daring, dimana
membutuhkan media pembelajaran seperti handphone, laptop, atau komputer.
Sistem pembelajaran daring (dalam
jaringan) merupakan sistem pembelajaran tanpa tatap muka secara langsung antara
guru dan siswa tetapi dilakukan melalui online yang menggunakan jaringan
internet. Guru harus memastikan kegiatan belajar mengajar tetap berjalan,
meskipun siswa berada di rumah. Solusinya, guru dituntut dapat mendesain media
pembelajaran sebagai inovasi dengan memanfaatkan media daring (online).
Dilihat dari kejadian sekitar yang
sedang terjadi, baik siswa maupun orangtua siswa yang tidak memiliki handphone
untuk menunjang kegiatan pembelajaran daring ini merasa kebingungan, sehingga
pihak sekolah ikut mencari solusi untuk mengantisipasi hal tersebut. Beberapa
siswa yang tidak memiliki handphone melakukan pembelajaran secara berkelompok,
sehingga mereka melakukan aktivitas pembelajaran pun bersama. Mulai belajar
melalui videocall yang dihubungkan dengan guru yang bersangkutan, diberi
pertanyaan satu persatu, hingga mengapsen melalui VoiceNote yang tersedia di
WhatsApp. Materi-materinya pun diberikan dalam bentuk video yang berdurasi
kurang dari 2 menit.
Permasalahan yang terjadi bukan hanya
terdapat pada sistem media pembelajaran akan tetapi ketersediaan kuota yang
membutuhkan biaya cukup tinggi harganya bagi siswa dan guru guna memfasilitasi
kebutuhan pembelajaran daring. Kuota yang dibeli untuk kebutuhan internet
menjadi melonjak dan banyak diantara orangtua siswa yang tidak siap untuk
menambah anggaran dalam menyediakan jaringan internet.
Hal ini pun menjadi permasalahan yang
sangat penting bagi siswa, jam berapa mereka harus belajar dan bagaimana data
(kuota) yang mereka miliki, sedangkan orangtua mereka yang berpenghasilan
rendah atau dari kalangan menengah kebawah (kurang mampu). Hingga akhirnya hal
seperti ini dibebankan kepada orangtua siswa yang ingin anaknya tetap mengikuti
pembelajaran daring.
Dalam proses pembelajaran daring,
penting untuk ditambahkan pesan-pesan edukatif kepada orangtua dan peserta
didik, tentang wabah pandemi Covid-19. Dengan demikian kita dapati pembelajaran
yang sama dengan tatap muka tetapi berbasis online. Efeknya sangat bagus,
programnya tepat sasaran, dan capaian pembelajarannya tercapai.
Beberapa guru di sekolah mengaku, jika
pembelajaran daring ini tidak seefektif kegiatan pembelajaran konvensional
(tatap muka langsung), karena beberapa materi harus dijelaskan secara langsung
dan lebih lengkap. Selain itu materi yang disampaikan secara daring belum tentu
bisa dipahami semua siswa. Berdasarkan pengalaman mengajar secara daring,
sistem ini hanya efektif untuk memberi penugasan, dan kemungkinan hasil
pengerjaan tugas-tugas ini diberikan ketika siswa akan masuk, sehingga
kemungkinan akan menumpuk.
Mengamati pengalaman dari beberapa
guru tersebut, maka guru juga harus siap menggunakan teknologi sesuai dengan
perkembangan zaman. Guru harus mampu membuat model dan strategi pembelajaran
yang sesuai dengan karakter siswa di sekolahnya. Penggunaan beberapa aplikasi
pada pembelajaran daring sangat membantu guru dalam proses pembelajaran ini.
Guru harus terbiasa mengajar dengan memanfaatkan media daring kompleks yang
harus dikemas dengan efektif, mudah diakses, dan dipahami oleh siswa.
Dengan demikian guru dituntut mampu
merancang dan mendesain pembelajaran daring yang ringan dan efektif, dengan
memanfaatkan perangkat atau media daring yang tepat dan sesuai dengan materi
yang diajarkan. Walaupun dengan pembelajaran daring akan memberikan kesempatan
lebih luas dalam mengeksplorasi materi yang akan diajarkan, namun guru harus
mampu memilih dan membatasi sejauh mana cakupan materinya dan aplikasi yang cocok
pada materi dan metode belajar yang digunakan.
Hal yang paling sederhana dapat
dilakukan oleh guru bisa dengan memanfaatkan WhatsApp Group. Aplikasi WhatsApp
cocok digunakan bagi pelajar daring pemula, karena pengoperasiannya sangat
simpel dan mudah diakses siswa. Sedangkan bagi pengajar online yang mempunyai
semangat yang lebih, bisa menngkatkan kemampuannya dengan menggunakan berbagai
aplikasi pembelajaran daring.
Dengan demikian, pembelajaran daring
sebagai solusi yang efektif dalam pembelajaran di rumah guna memutus mata
rantai penyebaran Covid-19, physical distancing (menjaga jarak aman) juga
menjadi pertimbangan dipilihnya pembelajaran tersebut. Kerjasama yang baik
antara guru, siswa, orangtua siswa dan pihak sekolah/madrasah menjadi faktor
penentu agar pembelajaran daring lebih efektif.
Semoga pandemi Covid-19 ini cepat
berlalu seiring dengan new normal yang telah diberlakukan oleh pemerintah.
Sehingga proses pembelajaran bisa terlaksana seperti semula dengan kehadiran
guru dan siswa yang saling berinteraksi langsung. Aamiin Ya Rabbal’alamin
Penulis : Kana Rosida
Intansi : Universitas Muhammadiyah Purworejo