Ilustrasi Gambar/www.soalut.com
Ketika Covid 19 melanda aktivitas Pembelajaran IPS SD yang dilakukan berkutat
pada aplikasi pembelajaran daring mulai dari Whatsaap, google meet,
google form, zoom maupun aplikasi game learning . Tetapi
rutinitas tersebut tampaknya akan segera
berubah, setelah sekolah Di berbagai kota dan daerah sudah kembali mengajar dan sudah memperoleh izin untuk
melaksanakan kegiatan Pembelajaran Tatap Muka secara Terbatas.
Dari kebiasaan melaksanakan
pembelajaran jarak jauh ke Pembelajaran
Tatap Muka terbatas, tentu membutuhkan penyesuain yang tidak cepat . Mulai dari
pemyesuaian dengan kondisi, program
sekolah, prokes, sampai dengan kewajiban orangtua melakukan antar-jemput anak
saat Pembelajaran Tatap Muka terbatas berlangsung.
Durasi waktu pelaksanaan Pembelajaran
Tatap Muka yang sangat singkat menyebabkan benturan antara jadwal pekerjaan
orangtua dengan sekolah anak. Masalah rentang waktu Pembelajaran Tatap Muka
tersebut membuat orangtua sedikit bimbang dalam membagi tugas siapa yang
menjemput dan mengantar anaknya. Tidak bisa di bayangkan bagaimana rumitnya orangtua lain yang memiliki
banyak anak
Mengembalikan kondisi
Belajar
Rentang waktu yang singkat selama Pembelajaran
Tatap Muka terbatas juga menjadi PR tersendiri bagi guru SD untuk mengembalikan
fokus belajar siswa pada mata pelajaran
IPS siswa. Pelaksanaan PJJ selama lebih
dari satu setengah tahun tentu membawa perilaku baru bagi peserta didik dalam belajar. Sehingga
penyusunan ulang perencanaan pembelajaran, pemilihan metode pembelajaran,
penggunaan media pembelajaran, sampai dengan pemilihan evaluasi pembelajaran
mutlak harus dilakukan penyesuaian oleh sekolah dan guru.
Program pada awal-awal Pembelajaran
Tatap Muka ini memang fokus utamanya yaitu membiasakan kembali sekolah ini, butuh proses yang tidak singkat. Apalagi
sebelumnya siswa sudah terbiasa dengan model pembelajaran PJJ yang santai .
Tentu saat ini mereka harus mulai kembali beradaptasi dengan kebiasaan sekolah
tatap muka seperti berseragam rapi, disiplin waktu, sarapan sebelum berangkat
sekolah, serta mampu menyesuaikan kembali dengan suasana belajar di kelas.
Sangat terlihat sekali pada saat
awal Pembelajaran Tatap Muka terbatas
berlangsung, peserta didik menunjukkan ketidakfokusan dalam belajar IPS. Saat
pembelajaran di dalam kelas banyak peserta didik yang lelah, sering melihat ke
jam dinding, serta banyak yang melamun.
Pada saat kegiatan Pembelajaran
Tatap Muka terbatas di kelas memang lebih baik dimanfaatkan untuk
membangun kisah antara guru dengan peserta didik
dibandingkan dengan mengejar ketuntasan materi. Pemberian materi bisa dilakukan secara daring dengan
menggunakan aplikasi yang digunakan sebelumnya. Penggunaan metode
pembelajaran campuran antara tatap muka dengan daring ini sangat mungkin dilakukan selama Pembelajaran
Tatap Muka terbatas.
Mengembalikan kisah antara
guru dengan peserta didik sangatlah penting. Ketika kisah tersebut
sudah kembali terbentuk, maka akan membuat kepekaan maupun fokus peserta didik
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran IPS di dalam kelas. Jika peserta didik sudah fokus
belajar, maka akan berdampak baik pada perolehan hasil akademik mulai dari
sikap, pengetahuan, maupun ketrampilannya.
Adaptasi Prokes ( Protokol
Kesehatan)
Membiasakan peserta didik untuk
tetap mematuhi Prokes memanglah tidak mudah . Pengap saat memakai masker menjadi
"curhatan" para peserta didik saat Pembelajaran Tatap Muka terbatas
berlangsung. Belum lagi selain memakai masker, mereka juga harus memakai face
shield. Tentu hal tersebut juga semakin menambah ketidaknyamanan mereka
saat mengikuti Pembelajaran Tatap Muka terbatas ini.
Selain pembiasaan memakai masker,
"berbincang" adalah salah satu hal yang sulit untuk dihindarkan dari
para peserta didik. Hal seperti pergantian jam mapel maupun saat datang dan
pulang sekolah, secara langsung mereka masih saling mendekat dan mengobrol.
Semua itu saya kira butuh sebuah proses penyesuaiam untuk dapat beradaptasi
dengan peraturan sekolah yang baru ini.
Semua warga sekolah maupun wali
murid harus bisa beradaptasi dengan prokes. Peserta didik yang memakai masker belum
tepat atau masih dijumpai siswa yang berbincang adalah cobaan tersendiri bagi
sekolah dan pengajar dalam membiasakan standar prokes pada peserta didik.
Sekolah bukanlah tempat berekreasi,
melainkan tempat mengubah suasana pengetahuan dari yang sebelumnya tidak tahu menjadi tahu,
mengubah sikap dari yang sebelumnya belum baik menjadi baik, dan dari yang
sebelumnya jarang menjadi terbiasa. Tidak bisa kemudian kesalahan sedikit
langsung ditindak dengan kembali menutup sekolah, karena dianggap lalai dalam
menjalankan protokol kesehatan.
Penulis : Latifah Rahmah Avinda/Mahasiswa Pendidikam Guru Sekolah Dasar/Universitas Muhammadiyah Purworejo