Ika Nurul Afifatus Sa'idah/ Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purworejo |
Penerapan
proses pembelajaran IPA menggunakan pendekatan Konstruktivisme di SD N Rowodadi
ini bertujuan agar siswa memiliki kemampuan dalam menemukan, memahami, dan
menggunakan informasi atau pengetahuan yang dipelajari.
Apalagi
pemanfaatan pendekatan konstruktivisme
mengutamakan siswa secara aktif membangun pembelajaran mereka sendiri secara
mandiri dan memindahkan informasi yang kompleks.
Proses
pembelajaran menggunakan pendekatan konstruktivisme ini guru juga berperan sebagai
fasilitator yang dapat membantu siswa dalam melakukan kontruksi pengetahuan dan
guru harus dapat memberi bantuan berupa scafolding yang diperlukan siswa dalam
menempuh proses belajar.
Pada
dasarnya pembelajaran IPA di jenjang sekolah dasar dalam kondisi Pademi dan
sistem pendidikan daring tentu siswa merasakan kesulitan memahami materi yang
disajikan karena siswa tidak mendapatkan pengalaman secara nyata. Oleh karena
itu, guru juga berperan sebagai fasilitator dan memberi bantuan berupa
scafolding. Penerapan model pembelajaran konstruktivisme siswa juga dituntut
untuk aktif bertanya, memiliki kemampuan menemukan, memahami, menggunakan
informasi yang dipelajari dan mampu membangun pengetahuannya sendiri secara
mandiri.
Prinsip
yang perlu diperhatikan dalam menerapkan pendekatan konstruktivisme pada pembelajaran
IPA sekolah dasar yaitu :
a. Mendorong
siswa untuk memecahkan suatu masalah yang bersifat baru.
b. Membantu
siswa menginterasikan ilmu pengetahuan yang telah dipelajari dengan ilmu ang
baru.
c. Siswa
menumbuhkan motivasi untuk dapat menciptakan pengetahuan yang baru.
Dari
3 hal tersebut akan menjadikan siswa menjadi aktif, tertantang oleh pengetahuan
baru, dan harus mampu mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetauan yang telah
dimiliki siswasebelumnya.
Kemudian
penerapan pendekatan konstruktivisme pada pembelajaran IPA yang diberika siswa
pada saat Pandemi ini, pendekatan konstruktivisme juga memiliki kelebihan dan
kelemahan diantaranya
1. Kelebihan
a. Siswa
diberi kesempatan untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan bahasa
siswa sendiri,
b. Siswa
diberi kesempatan untuk berpikir tentang pengalamannya,
c. Siswa
diberi kesempatan untuk mencoba gagasan baru agar siswa mendorong untuk memperoleh
kepercayaan diri dengan menggunakan berbagai konteks
2. Kelemahan
a. Siswa
menkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang bahwa hasilnya siswa tidak
cocok dengan hasil konstruksi para ahli sehingga menyebabkan mikrosepsi
b. Konstruktivisme
menanamkan agar siswa membangun pengetahuannya sendiri, hal ini pasti
membutuhkan waku yang lama dan setiap sisiwa memerlukan penanganan yang berbeda
Langkah-langkah
implementasi pendekatan kontruktivisme pada pembelajaran ipa di sekolah dasar
yaitu
1. Orientasi
Pada langkah pertama
ini yitu memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan dan
mengembangkan terhadap topik materi pembelajaran IPA.
2. Elicitasi
Pada langkah kedua ini
merupakan tahap untuk membantu siswa menggali ide yang dimilikinya dengan
memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan atau mengambarkan
pengetahuan dasar mereka melalu gambar atau tulisan yang dipresentasikan kepada
selurus siswa lainnya.
3. Rekonstruksi
Ide,
Dalam tahap ini siswa
melakukan klarifikasi ide dengan cara mengontraskan idenya dengan ide orang
lain atau teman melalui diskusi.
4. Aplikasi
Ide
Langkah ini ide atau
pengetahuan ang telah dibentuksiswa perlu diaplikasikan pada macam-macam
situasi yang dihadapi.
5. Review
Dalam fase ini memungkinkan siswa
mengaplikasikan pengetahuannya pada situasi yang dihadapi sehari-hari, merevisi
gagasannya dengan menambah suatu keterangan atau dengan cara mengubahnya
menjadi lebih lengkap.