PITURUH, (pituruhnews.com) - Beberapa wilayah di Kecamatan Pituruh dengan luas lahan sawah sekitar 2.454 (ha) pada musim panen ini mengalami penurunan hasil panen drastis. Hampir 80 persen lahan sawah yang ditanami petani mengalami kegagalan panen, hal ini disebabkan karena banyaknya hama wereng yang menyerang padi di musim panen ini.
Desa yang terancam gagal panen dan gagal tanam pada masa tanam II yakni desa yang dialiri kali kedunggupit wetan atau kali awir yang tepatnya di Desa Kalikotes. Desa tersebut meliputi Kalikotes, Ngandagan, Karangganyar, Prigelan, Ngampel, Pituruh, Sikambang, Kendalrejo, Tunjungtejo, Pepe, dan Kalimati.
padi tidak bisa dipanen |
Diungkapkan Ketua Polosoro Pituruh sekaligus Kades Tunjungtejo Suhariyono bahwa hal ini merupakan salah satu musibah yang diperoleh petani, ini yang dinamakan Pageblug. Kegagalan panen ini pada masa tanam kali ini merupakan dampak dari jebolnya kali kedunggupit wetan beberapa waktu yang lalu sehingga pasokan air tersendat.
Namun berbeda dengan daerah yang dialiri kali Kedunggupit Kulon yang tidak terpengeruh dengan kekurangan air, karena wilayah yang dialiri air ini tidak ada pengaruhnya dan sudah mengalami masa tanam sesuai dengan yang dijadwalkan.
"Lahan yang dimilik desa Tunjungtejo 64,11 (ha), 80 persen lahan sawah dikatakan gagal panen, karena bisa dilihat dari padi yang ada disawah banyaknya hama wereng yang menyerang, '' ucapnya.
"Beberapa petani sudah ada yang mengatasi dengan menyemprot dengan obat wereng sampai delapan kali, tapi tetap saja hama wereng ini tidak bisa mati, masih saja datang menyerang padi yang ada disawah, (wes disemprot ping wolu ping sepuluh tetap ae ora kental). '' imbuh Suharyono saat ditemui crew Pituruh News, Senin siang di Posko Covid-19 Desa Tunjungtejo, 27/04/2020.
80% gagal panen petani desa Tunjungtejo |
Ia menambahkan bahwa desa Tunjungtejo gagal panen dibandingkan desa yang dialiri kali Kedunggupit wetan ini merupakan desa yang paling parah di serang oleh hama wereng.
"Petani mengungkapkan ini musibah pageblug tenanan (beneran), ini juga ditambahi dengan adanya musibah penyebaran virus covid-19. Tidak hanya padi dan petani saja, tetapi banyak hewan yang mengalami mati mendadak karena sakit. '' tambah Suhariyono.
Menurut informasi dari tahun-tahun sebelumnya, pageblug ini merupakan tahun yang paling parah, sekitar tahun 1984 pernah mengalami seperti ini, namun paling parah tahun 2020.
"Okelah tadinya petani terkena wereng hanya sebagian beberapa lokasi, pada tahun ini merata lahan sawah yang ditanamni mengalami serangan wereng. " paparnya.
"Ini sudah disampaikan ke beberapa kades di wilayah kecamatan Pituruh, untuk menindaklanjuti kondisi seperti ini mau bagaimana, jika untuk teruskan ini kan beresiko ada padi yang ditanam selanjutnya sama, dikhawatirkan terkena hama wereng juga, " imbuh Suhariyono.
Informasi yang diperoleh crew Pituruh News, bahwa per April-Mei tepatnya awal bulan Mei perairan Induk Wadaslintang ditutup, dan informasi BMKG juga mulai bulan April ini sudah memasuki bulan kemarau.
"Dengan kita mengandalkan sungai itu apakah kita mampu, untuk mengaliri 64,11 (ha) lahan sawah untuk memasok air dipersawahan ? Menurut saya kira ini tidak cukup. Untuk panen selanjutnya mungkin akan diganti dengan palawija. '' imbuh Suhariyono.
"Kita pernah mencoba dengan sawah dipasangi pengusir hama wereng dengan burung hantu, namun hanya sedikit dampaknya, dan kekurangan populasi, jadi kurang efisien. '' ucapnya.
"Sementara karena panennya tidak bersamaan, khususnya sawah yang dialiri kedunggupit wetan, karena semua kades belum terfokus, masih menangani musibah penyebaran virus covid-19, dan masih ada beberapa yang merespon dengan hal yang sama masih bingung untuk menangani gagal panen dikarenakan oleh hama wereng. " tambahnya.
"Delapan Puluh persen lahan sawah masa panen saat ini gagal, dikarenakan hama wereng yang menyerang petani. '' pungkasnya
Reporter : Luthfi
Editor : Bayun