Siti Hartati Pelopor Millenial Generation |
Generasi
millenial ini diperbincangkan oleh banyak kalangan di dunia dalam
segala bidang. Generasi Millenials atau yang dikenal sebagai generasi Y
merupakan generasi yang lahir setelah generasi X, yaitu generasi yang
lahir tahun 1980-2000an. Generasi ini sangat berpengaruh di era
globalisasi karena mereka sangat berbeda dengan generasi sebelumnya,
apalagi dalam hal yang berkaitan dengan teknologi subjek utamanya adalah
generasi muda yang berusia kisaran 15-37 tahun. Kemampuannya di dunia
teknologi yang berkembang membuat generasi ini lebih mendominasi jika
dibandingkan dengan generasi X dalam dunia sosial media bahkan mereka
hampir tidak bisa lepas dari dunia sosial media dan gadgetnya selama 24
jam.
![]() |
Siti saat di Kampus |
Menurut
data statistik 2016, jumlah usia produktif di Indonesia (15-60 tahun)
mencapai angka 166,06 juta. Artinya 50% lebih penduduk Indonesia adalah
usia produktif. Dari jumlah penduduk usia produktif, kelompok usia yang
mendominasi adalah usia 15-39 tahun dengan jumlah sekitar 84,75 juta
dari total penduduk Indonesia yang sejumlah 258 juta. Artinya sekitar
32% penduduk Indonesia adalah usia produktif yang merupakan generasi Y,
atau disebut dengan generasi millenials. Hal ini berarti Indonesia
memiliki banyak kesempatan untuk membangun negaranya. Mengingat bahwa
disebagian besar dunia pengaruh mereka ditandai dengan peningkatan
liberalisasi politik dan ekonomi.
Siti Hartati mengatakan, di Indonesia sendiri generasi millennial sudah mulai tanggap terhadap isu-isu yang berkembang di negara Indonesia. Akan tetapi yang menjadi masalah adalah, informasi yang mereka dapatkan kebanyakan berasal dari internet yang belum teruji kebenarannya.
Kelemahannya adalah, generasi millenial terbilang mudah dipengaruhi oleh informasi-informasi yang ada sehingga generasi ini bukanlah generasi strong voter. Belum lagi dengan semakin canggihnya teknologi dan kemudahan untuk mengakses informasi . Ada banyak hal yang menjadi keresahan terkait dengan keakuratan informasi yang tersebar. Untuk itu, sangat perlu jika seorang generasi milenial memiliki idealisme yang tinggi. Setidaknya dengan memiliki idealisme, seorang millenials tidak mudah terombang-ambing oleh hoax yang semakin banyak beredar di kalangan masyarakat. Generasi milenial juga perlu beradaptasi dengan sejarah, menunjukkan bahwa primordialisme dan tradisionalisme dapat memperkuat entitas nasionalisme yang mengikuti perkembangan arus globalisasi yang ada.
"Seperti yang kita ketahui bahwa, seiring dengan perkembangan zaman semakin banyak kejahatan yang terjadi melalui internet. Salah satunya adalah pembohongan publik atau hoaks yang dapat merugikan banyak orang dan menguntungkan kelompok-kelompok tertentu yang memiliki kepentingan tertentu. Hoak sebuah masalah yang cukup serius meskipun terlihat sepele, karena hoax dapat mengubah persepsi dan cara pandang seseorang terhadap suatu fenomena. Dengan demikian seseorang yang telah termakan hoax akan kehilangan pendiriannya dan mudah terombang-ambing oleh informasi negatif dan dapat memicu perpecahan dalam masyarakat," Ucapnya.
Permasalahan hoaks ini tidak bisa dibiarkan begitu saja, perlu adanya suatu tindakan untuk menyadarkan generasi millenials dalam berglobalisasi dengan baik, benar dan tepat. Hadirnya tekhnologi boleh saja memudahkan manusia dalam menyelesaikan pekerjaanya. Akan tetapi kita harus ingat bahwa tekhnologi diciptakan untuk membantu manusia, bukan manusia yang dikuasai teknologi. Untuk itu, jadilah generasi yang kritis dalam berpikir dan bijak dalam menggunakan internet. Budayakan membaca sebelum menyebarkan sampai selesai sebelum menyebarkan informasi.
"Jaman terus bergerak, kita tak boleh terus berdiam diri. Bangsa ini membutuhkan partisipasi dan kontribusi jiwa mudanya. Kita boleh menjadi generasi millenials yang hebat dalam berselancar, tapi kita tak boleh menjadi seorang apatis yang tak peduli dengan masa depan bangsa ini. Kita harus ingat bahwa ada darah juang yang mengalir dalam tubuh kita untuk ibu pertiwi. Jadilah Generasi Millenials yang cerdas dengan tetap memiliki integritas dan idealisme. Mulailah dari diri sendiri, bijaklah bersosial media," Imbuhnya. (ltf-pr-gns)
Siti Hartati mengatakan, di Indonesia sendiri generasi millennial sudah mulai tanggap terhadap isu-isu yang berkembang di negara Indonesia. Akan tetapi yang menjadi masalah adalah, informasi yang mereka dapatkan kebanyakan berasal dari internet yang belum teruji kebenarannya.
Kelemahannya adalah, generasi millenial terbilang mudah dipengaruhi oleh informasi-informasi yang ada sehingga generasi ini bukanlah generasi strong voter. Belum lagi dengan semakin canggihnya teknologi dan kemudahan untuk mengakses informasi . Ada banyak hal yang menjadi keresahan terkait dengan keakuratan informasi yang tersebar. Untuk itu, sangat perlu jika seorang generasi milenial memiliki idealisme yang tinggi. Setidaknya dengan memiliki idealisme, seorang millenials tidak mudah terombang-ambing oleh hoax yang semakin banyak beredar di kalangan masyarakat. Generasi milenial juga perlu beradaptasi dengan sejarah, menunjukkan bahwa primordialisme dan tradisionalisme dapat memperkuat entitas nasionalisme yang mengikuti perkembangan arus globalisasi yang ada.
"Seperti yang kita ketahui bahwa, seiring dengan perkembangan zaman semakin banyak kejahatan yang terjadi melalui internet. Salah satunya adalah pembohongan publik atau hoaks yang dapat merugikan banyak orang dan menguntungkan kelompok-kelompok tertentu yang memiliki kepentingan tertentu. Hoak sebuah masalah yang cukup serius meskipun terlihat sepele, karena hoax dapat mengubah persepsi dan cara pandang seseorang terhadap suatu fenomena. Dengan demikian seseorang yang telah termakan hoax akan kehilangan pendiriannya dan mudah terombang-ambing oleh informasi negatif dan dapat memicu perpecahan dalam masyarakat," Ucapnya.
Permasalahan hoaks ini tidak bisa dibiarkan begitu saja, perlu adanya suatu tindakan untuk menyadarkan generasi millenials dalam berglobalisasi dengan baik, benar dan tepat. Hadirnya tekhnologi boleh saja memudahkan manusia dalam menyelesaikan pekerjaanya. Akan tetapi kita harus ingat bahwa tekhnologi diciptakan untuk membantu manusia, bukan manusia yang dikuasai teknologi. Untuk itu, jadilah generasi yang kritis dalam berpikir dan bijak dalam menggunakan internet. Budayakan membaca sebelum menyebarkan sampai selesai sebelum menyebarkan informasi.
"Jaman terus bergerak, kita tak boleh terus berdiam diri. Bangsa ini membutuhkan partisipasi dan kontribusi jiwa mudanya. Kita boleh menjadi generasi millenials yang hebat dalam berselancar, tapi kita tak boleh menjadi seorang apatis yang tak peduli dengan masa depan bangsa ini. Kita harus ingat bahwa ada darah juang yang mengalir dalam tubuh kita untuk ibu pertiwi. Jadilah Generasi Millenials yang cerdas dengan tetap memiliki integritas dan idealisme. Mulailah dari diri sendiri, bijaklah bersosial media," Imbuhnya. (ltf-pr-gns)