NGANDAGAN, (pituruhnews.com) Menjadi perpanjangan tangan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo, Tim Sinematografi SMA N 10 Purworejo melakukan Inventarisasi potensi yang ada di Desa Ngandagan. Pendataan ini yang dilakukan pada Senin (11/6). Setidaknya kegiatan ini menyasar tiga tempat yang berpotensi sejarah dan wisata, yaitu Goa Pencu (peninggalan Bung Karno), Hutan Pinus Tritis, dan Seni Ndolalak Desa Ngandagan.
Pintu Masuk Goa Pencu
Terkait dengan potensi yang ada di Desa Ngandagan, Luwes Catur Siwi Wahyu Hartati, Sekdes Ngandagan menyatakan bahwa warga Desa Ngandagan merupakan warga yang kreatif, kompetitif, dan majemuk. Hal ini terlihat dari presentase agama yang dianut penduduk. Disinggung soal kejayaan Desa Ngandagan sebagai desa percontohan di era Glondhong Sumotirto, Siwi mengatakan bahwa pemerintah desa terus berupaya untuk memberikan pembinaaan terhadap masyarakat sehingga nantinya Ngandagan dapat menjadi desa yang lebih maju sebagaimana dulu. Dalam bidang seni, beliau juga menjelaskan bahwa Ngandagan memiliki berbagai potensi, mulai dari Ndolalak, rebana, hingga kuda lumping. Khusus mengenai Goa Pencu, beliau memberikan gambaran bahwa pemerintah desa berupaya melakukan revitalisasi, meskipun terkendala anggaran yang cukup besar. Revitalisasi itu berupa penataan kembali kawasan Goa Pencu, penanaman tanaman langka di sekitar situs, dan pembuatan gazebo serta taman.
Goa Pencu Peninggalan Bung Karno
Hal senada diungkapkan bapak Indra, selaku ketua Pembangunan Desa sekaligus tim yang terlibat dalam revitalisasi Goa Pencu melalui WA yang kami kirimkan. Beliau mengatakan bahwasannya goa yang pada masa perjuangan dijadikan benteng tentara dan dialihfungsikan sebagai pesanggrahan lurah pasca kemerdekaan ini sudah direncanakan untuk direvitalisasi melalui anggaran dana desa dan penyertaan modal. Situs yang pernah diteliti oleh Dinas Purbakala ini, diperkirakan memiliki luas area sekitar 0,5 ha.
Berdasarkan pantauan tim sinematografi, mulut goa tertutup reruntuhan material. Ketika penelusuran dilakukan, maka tim berhasil mengidentifikasi struktur dinding gua yang identik di beberapa tempat. Termasuk ditemukannya dugaan ruang-ruang bawah tanah dan pintu goa pada sisi selatan. Selama ini, fokus pengunjung hanya pada bagian goa yang berada di sisi utara dengan area yang cukup kecil karena terlihat buntu. Namun sebenarnya, jika diamati lebih jauh, situs ini cukup luas terdiri dari lorong-lorong bercabang yang membentuk labirin.
Foto Hutan Pinus Tritis
Setelah proses penyisiran terhadap goa dilanjutkan, maka kemudian tim melakukan perjalanan menuju Hutan Pinus Tritis. Berbeda dengan hutan pinus dengan pengelolaan oleh pokdarwis. Hutan pinus Tritis cenderung masih natural. Kerapatan pohon di area ini memberikan kesejukan tersendiri bagi pengunjung. Akses menuju kawasan hutan pun cenderung mudah dan baik. Harapannya, dengan adanya langkah ini, potensi-potensi yang ada mampu dikembangkan sehingga mendukung penigkatan kesejahteraan masyarakat. (okta)